Ansan...ya, kalau pernah ke Korea Selatan anda mungkin
pernah mendengar nama kota ini. Ansan dikenal sebagai kota multibudaya. Kenapa
? Ya, karena kota ini dihuni oleh penduduk yang datang dari berbagai negara,
khususnya negara-negara yang perekonomiannya belum begitu maju. Mereka umumnya
datang kesini untuk "mengais rejeki" yang mungkin lebih baik dari
dinegaranya sendiri. Sebagian besar dari mereka memiliki pekerjaan sebagai
buruh di pabrik-pabrik, atau toko-toko dan restoran-restoran yang dimiliki oleh
penduduk asli (warga Korea).
Nah..sejalan dengan beragamnya penduduk Ansan, maka kita
juga dapat dengan mudah menemukan restoran atau toko yang menjual makanan khas
negara masing-masing. Restoran atau toko yang menjual makanan Indonesia ada
nggak ? Ya pasti donk !
Tenaga Kerja Indonesia termasuk lumayan banyak yang bekerja
di Korea khususnya daerah Ansan. Jadi jangan kaget, anda suatu saat jalan-jalan
ke Ansan anda mendengar obrolan bahasa Indonesia, tentunya dengan dialek Jawa,
Sunda, Makasar, NTB, Lampung atau daerah lainnya di tanah air. Untuk bertemu
dengan orang Indonesia di daerah ini cukup mudah. Ciri-ciri orang-orang yang
dijuluki "pahlawan devisa" adalah berambut gondrong...Memang tidak
semuanya...tapi kalau anda mau menanyakan sesuatu di Ansan..dan anda belum bisa
bahasa Korea, maka ada baiknya anda bertanya kepada seseorang yang berambut
gondrong dengan menggunakan bahasa Indonesia. Insyaallah akan dijawab pake
bahasa Indonesia dengan dialek khas daerahnya...
Nah..bicara soal makanan, disini ada beberapa restoran yang
menyediakan makanan khas Indonesia. Dan nama restorannya juga diberi nama yang
berbau Indonesia. Rasa masakannya gimana ? Emmm...ya kalau dibandingkan dengan
yang ada di negeri tercinta , sudah pasti kurang...namun cukup lumayan untuk
sedekar mengobati kerinduan terhadap masakan dirumah..hehee..
Bagaimana dengan harga, ya..tidak terlalu mahal, makanan seperti
nasi goreng, sate, gulai kambing, ikan lele dll. harganya sekitar 5000-10.000
won, sedangkan untuk minuman, 1000-2.500 won. (kurs 1 won=8,5 rupiah). Dan yang
lebih asyik lagi, kita bisa makan sambil menikmati siaran televisi dari tanah
air...Ketika saya...mencoba menelusuri sudut-sudut kota Ansan, disini saya juga
menemukan sebuah "club" yang agak mirip dengan "diskotik"
di Jakarta.
Setelah membaca tulisan kami mencoba mengintip suasana di
dalam club tersebut....Emm disana baru ada tamu 4 orang anak muda dari
Indonesia serta 2 wanita "bar tender?" Seseorang mempersilahkan kami
masuk, namun kami menolaknya dengan halus karena kami memang "tidak
cocok" dengan tempat seperti itu.
Mungkin kalau ada pertanyaan, "kemana uang para
pahlawan devisa itu ?". Mungkin sedikit jawaban sudah mulai ditemukan.
Sekarang, bagaimana pemerintah daerah Ansan menangani banyaknya orang asing
yang tinggal di Ansan? Menurut saya perhatian Pemda cukup bagus. Hal ini
terlihat dari disediakannya pusat kebudayaan, pusat pelatihan dan pusat
pengobatan, bantuan hukum bahkan sistem pengirim uang ke masing-masing negara.
Ya...cukup bagus...namun bagaimana pelaksanaannya saya sendiri belum begitu
mengetahuinya ....


Tidak ada komentar:
Posting Komentar