- Rabu, 02 Juli 2014

Aku dan Ansan


Ansan...ya, kalau pernah ke Korea Selatan anda mungkin pernah mendengar nama kota ini. Ansan dikenal sebagai kota multibudaya. Kenapa ? Ya, karena kota ini dihuni oleh penduduk yang datang dari berbagai negara, khususnya negara-negara yang perekonomiannya belum begitu maju. Mereka umumnya datang kesini untuk "mengais rejeki" yang mungkin lebih baik dari dinegaranya sendiri. Sebagian besar dari mereka memiliki pekerjaan sebagai buruh di pabrik-pabrik, atau toko-toko dan restoran-restoran yang dimiliki oleh penduduk asli (warga Korea).

Nah..sejalan dengan beragamnya penduduk Ansan, maka kita juga dapat dengan mudah menemukan restoran atau toko yang menjual makanan khas negara masing-masing. Restoran atau toko yang menjual makanan Indonesia ada nggak ? Ya pasti donk !

Tenaga Kerja Indonesia termasuk lumayan banyak yang bekerja di Korea khususnya daerah Ansan. Jadi jangan kaget, anda suatu saat jalan-jalan ke Ansan anda mendengar obrolan bahasa Indonesia, tentunya dengan dialek Jawa, Sunda, Makasar, NTB, Lampung atau daerah lainnya di tanah air. Untuk bertemu dengan orang Indonesia di daerah ini cukup mudah. Ciri-ciri orang-orang yang dijuluki "pahlawan devisa" adalah berambut gondrong...Memang tidak semuanya...tapi kalau anda mau menanyakan sesuatu di Ansan..dan anda belum bisa bahasa Korea, maka ada baiknya anda bertanya kepada seseorang yang berambut gondrong dengan menggunakan bahasa Indonesia. Insyaallah akan dijawab pake bahasa Indonesia dengan dialek khas daerahnya...

Nah..bicara soal makanan, disini ada beberapa restoran yang menyediakan makanan khas Indonesia. Dan nama restorannya juga diberi nama yang berbau Indonesia. Rasa masakannya gimana ? Emmm...ya kalau dibandingkan dengan yang ada di negeri tercinta , sudah pasti kurang...namun cukup lumayan untuk sedekar mengobati kerinduan terhadap masakan dirumah..hehee..

Bagaimana dengan harga, ya..tidak terlalu mahal, makanan seperti nasi goreng, sate, gulai kambing, ikan lele dll. harganya sekitar 5000-10.000 won, sedangkan untuk minuman, 1000-2.500 won. (kurs 1 won=8,5 rupiah). Dan yang lebih asyik lagi, kita bisa makan sambil menikmati siaran televisi dari tanah air...Ketika saya...mencoba menelusuri sudut-sudut kota Ansan, disini saya juga menemukan sebuah "club" yang agak mirip dengan "diskotik" di Jakarta.


Setelah membaca tulisan kami mencoba mengintip suasana di dalam club tersebut....Emm disana baru ada tamu 4 orang anak muda dari Indonesia serta 2 wanita "bar tender?" Seseorang mempersilahkan kami masuk, namun kami menolaknya dengan halus karena kami memang "tidak cocok" dengan tempat seperti itu.

Mungkin kalau ada pertanyaan, "kemana uang para pahlawan devisa itu ?". Mungkin sedikit jawaban sudah mulai ditemukan. Sekarang, bagaimana pemerintah daerah Ansan menangani banyaknya orang asing yang tinggal di Ansan? Menurut saya perhatian Pemda cukup bagus. Hal ini terlihat dari disediakannya pusat kebudayaan, pusat pelatihan dan pusat pengobatan, bantuan hukum bahkan sistem pengirim uang ke masing-masing negara. Ya...cukup bagus...namun bagaimana pelaksanaannya saya sendiri belum begitu mengetahuinya ....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar